Kecanduan Game = Gangguan Mental
Heiii! ini bukan pernyataan emak – emak yang sewot karena melihat anaknya ‘menunduk’ tanpa jeda. Emak – emak yang dianggap -- kadang oleh anaknya sendiri—GAPTEK. Bukan!
Ini juga bukan pernyataan tentang seseorang yang sok suci di era serba teknologi ini.
Bukan!
Tapi Ini adalah pernyataan resmi Organisasi Kesehatan
Dunia, WHO alias World Health Organizations. Masih ingat sama organisasi ini atau sudah lupa?
Pernyataannya pada pertengahan tahun lalu. Artinya
sekarang sudah satu tahun lebih pernyataan itu hadir.
Secara resmi WHO telah menyatakan bahwa kecanduan game (online atau
offline) sebagai penyakit GANGUAN MENTAL.
![]() |
Tapikan kita masih merasa norma-normal saja,
nggak ada yang terganggu?
PERHATIKAN, PERTAMA,
Memiliki gangguan pada KONTROL DIRI. Artinya,
seseorang tidak bisa mengendalikan saat bermain games (Kadang kesal dan marah tidak jelas, bahkan ada yang
teriak – teriak sendiri bukan?)
KEDUA,
Mengutamakan games di atas segalanya, meskipun ada yang lebih utama (Makan mimum bahkan B.A.B-pun dikesampingkan, apalagi belajar, bahkan teman atau orang tua sendirinya yang ngomong, dicuekin. Merasa?)
Mengutamakan games di atas segalanya, meskipun ada yang lebih utama (Makan mimum bahkan B.A.B-pun dikesampingkan, apalagi belajar, bahkan teman atau orang tua sendirinya yang ngomong, dicuekin. Merasa?)
KETIGA,
Intensitas semakin meningkat alias KETAGIHAN, Meskipun sadar dan merasakan efek negatifnya. (Sadar menahan lapar –padahal sudah waktunya makan-- sadar bisa
sakit, kemudian sakit bisa menyusahkan orang, bahkan bisa MATI. Tapi game tetap
utama)
KEMUDIAN,
Dari sini kemudian menimbulkan dampak
yang menggangu atau merusak kehidupannya: baik secara PRIBADI, KELUARGA,
SOSIAL, PEKERJAAN, & hal penting lainnya.
Semoga benar kondisinya NORMAL, baik - baik saja. Tapi itulah gangguan mental, pasiennya sendiri kadang tidak merasakan. Tapi paling tidak, WHO sudah memberikan indikatornya seperti di atas. (Sekarang, silahkan dirasa, diterawang dan dirasakan kepada diri masing-masing)
Semoga benar kondisinya NORMAL, baik - baik saja. Tapi itulah gangguan mental, pasiennya sendiri kadang tidak merasakan. Tapi paling tidak, WHO sudah memberikan indikatornya seperti di atas. (Sekarang, silahkan dirasa, diterawang dan dirasakan kepada diri masing-masing)
Games membuat kita semakin KREATIF?
Seperti santer yang dimuat beberapa media, bahwa seorang
dosen psikologi Universitas d’Montreal, Kanada, Gregory West menemukan:
85 persen pemain games action dengan durasi 6 jam lebih
perminggu memiliki bagian abu –abu yang lebih sedikit pada bagian hipokampus.
Hipokampus: bagian otak yang menjadi pusat belajar, penyimpanan, dan pengolahan memori jangka panjang. Apabila keseluruhan hipokampus rusak, atau bahkan hanya sebagian saja, maka akan menyebabkan permasalahan pada memori yang serius.
Mengapa demikian? Karena, katanya saat
main game tersebut, pemain dipaksa berpikir kreatif --- berpikir kreatif untuk mengalahkan lawan.
Proses ini katanya melibatkan bagian otak yang bernama Striatum.
Striatum: bagian otak yang bertindak seperti autopilot. Jadi, meskipun awalnya kelihatan kreatif, namun kemudian tanpa harus berpikir panjang, gerak – gerik (belok, maju, mundur, serang) akan menjadi sebuah kebiasan. Otomatis. Nah, ini menggunakan si Striatum
JADI, Jika Striatum semakin sering digunakan, otak akan sedikit menggunakan Hipokampus. SEHINGGA, Hipokampus perlahan tapi pasti akan kehilangan sel dan jaringannya.
DAMPAKNYA apa? Tentunya fatal.
Para pecandu ini tidak bisa lagi mengigat sesuatu yang sifatnya
jangka panjang. CEPAT LUPA. PIKUN.
Nah, --terlepas dari temuan peneliti di atas-- SEKARANG, apakah sudah semakin sering mudah LUPA?
***
Eits, sebelum mendiagnosa Anak – anak di rumah.
Mari diagnosa pribadi – pribadi kita sendiri TERLEBIH dahulu.
Bisa jadi, aktifitas di ranah sosial media yang berlebihan juga
bisa disetarakan dengan para pecandu games itu. Gangguan Mental.
Yuk Sadar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar